Umur 20-an akan sangat menentukan jalan hidup seseorang.
Pada usia ini, manusia akan menemukan kebebasan untuk lebih
mengeksplorasi diri. Maka bukan jadi hal yang aneh jika di usia
ini seorang individu akan berusaha melakukan banyak hal, memanfaatkan
sebanyak-banyaknya waktu untuk mengukir pencapaian. Ini karena di
masyarakat kita, usia 30 tahun sering diidentikkan dengan umur yang
“mapan” — saatnya babak kehidupan baru dijalankan.
Lalu, adakah yang harus dicapai sebelum memasuki usia mapan tersebut?
Hal apa saja yang mesti dilakukan sekarang, agar tidak menyesal di usia
30-an?
Di artikel ini Hipwee akan mencoba memberikan jawabannya.
1. Sebelum Masuk Umur 30-an, Kamu Perlu Tuntas Dalam Pendidikan yang Paling Dibutuhkan
Tidak semua orang butuh gelar Master atau Doktoral — bahkan beberapa
diantara kita mungkin merasa tidak penting punya gelar Sarjana dari
perguruan tinggi. Pendidikan memang bukan sekedar perkara menambahkan
beberapa huruf di belakang nama, tapi tentang mengaplikasikan apa yang
kita dapatkan di kehidupan nyata.
Sebelum masuk ke usia 30-an, pastikan dirimu sudah tuntas mengejar
pendidikan yang paling kamu butuhkan dalam hidup. Entah itu pendidikan
formal di bangku kuliah atau pendidikan non-formal lewat kursus dan
berbagai program sertifikasi. Hal ini penting, agar kamu tidak lagi
terganjal saat hendak berlari mengejar karir lebih kencang lagi,
2. Selesaikan Kewajibanmu Pada Orang Tua
Sebagai anak, ada kewajiban tidak tertulis dalam hidup yang
mengharuskan kita berbakti dan membahagiakan orang tua. Mulai dari
mengikuti kemauan mereka di berbagai hal, menikah, hingga soal
menuntaskan pendidikan di strata yang diharapkan. Nah, menyelesaikan
kewajiban-kewajiban diatas penting kamu lakukan saat ini, sebelum kamu
masuk usia 30-an.
Memang terkadang berat berusaha untuk melakukan keinginan orang tua
(yang kadang berseberangan dengan kemauan kita sebagai anak muda), tapi
percayalah bahwa menunda tidak akan menyelesaikan masalah. Pacu dirimu
agar bisa menyelesaikan kewajiban-kewajibanmu secepat mungkin.
Menuntaskan kewajiban pada orang tua bukan hanya akan melegakan
mereka. Saat kewajibanmu selesai, kamu juga akan merasa ringan dan lebih
bebas. Akan lebih menyenangkan bukan, saat kamu bisa mengejar mimpi
diiringi senyum dan rasa bangga orang tua?
3. Kamu Sudah Harus Tahu Hal Apa yang Paling Membuatmu Bahagia
Di usia 20-an ini, puaskanlah hasratmu untuk mencoba berbagai hal
yang membuatmu tertarik. Jajal segala hal yang menimbulkan rasa ingin
tahumu.
Mulai dari genre buku bacaan, tontonan musik, hingga makanan
— bebaskan dirimu untuk melakukan eksplorasi seluas mungkin.
Menjelajahi seleramu adalah hal yang penting, sebab hanya dirimu sendiri
yang paling tahu hal macam apa yang bisa membuatmu bahagia.
Jika kamu sudah selesai sekarang, di usia 30-an nanti kamu tidak akan
lagi bingung harus “lari” kemana saat ada masalah yang datang. Kamu
sudah tahu apa yang harus dilakukan untuk membuat diri sendiri merasa
lebih baik.
4. Sepatutnya, Kamu Sudah Tidak Keberatan Melakukan Apapun Sendirian
Sebelum bisa berdamai dengan orang lain, hal pertama yang harus kamu
lakukan adalah berdamai dengan dirimu sendiri. Salah satu jalan untuk
melakukan hal ini adalah dengan berusaha tidak keberatan waktu harus
melakukan berbagai hal seorang diri.
Jangan takut saat harus makan atau nonton bioskop sendirian. Biasakan
dirimu “nyaman” tanpa pendampingan siapapun. Jika ditemani diri sendiri
saja kamu merasa jengah, bagaimana bisa kamu membuka ruang untuk
pendampingan orang lain?
5. Temukan Teman-Teman Sejatimu dan Pertahankan Mereka
20 tahun hidup yang kamu jalani pasti melibatkan banyak kawan yang datang dan pergi di dalamnya. Seperti yang pernah Hipwee tulis di artikel “25 Hal yang Harus Kamu Ketahui Sebelum Memasuki Usia 25 tahun”, kehilangan kawan memang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan.
Namun, penting bagimu untuk menemukan teman-teman sejati sebelum
memasuki usia matang di kepala 3 nanti. Mereka yang menerimamu apa
adanya, kawan-kawan yang tidak meninggalkanmu di momen tergelap dalam
hidup, mereka yang dengan gigih mendukungmu setiap dihadang masalah.
Kawan-kawan macam ini adalah kawan yang layak dipertahankan seumur
hidup. Usia sebelum 30-an adalah saat paling tepat untuk menumbuhkan dan
menjaga perkawanan sejati, sebelum kalian makin sibuk dengan urusan
sendiri.
6. Sebelum Berusia Kepala 3, Kamu Harus Bisa Menerima Bentuk Tubuhmu
Banyak orang berusaha keras di usia remaja untuk membentuk tubuh
ideal. Mau pinggulnya kecil, perut rata, pantat besar, dada dan lengan
berotot, sampai betis langsing — sering jadi idaman.
Berusaha memperbaiki bentuk dan postur tubuh memang baik, asal
alasannya masuk akal dan demi kesehatan. Namun pada satu titik kamu
harus sadar, apa yang bisa diubah dari tubuhmu dan kekurangan apa yang
harus bisa kamu terima.
Sebelum memasuki usia kepala 3, kamu perlu berdamai dengan bentuk
tubuhmu sendiri. Terimalah anugerah fisik yang Tuhan berikan padamu
dengan ikhlas, sembari terus mencari cara untuk menampilkannya dalam
tampilan yang lebih menarik.
7. Tantang Dirimu Untuk Berjalan Ke Tempat-Tempat Baru
Kamu tidak punya seluruh waktu hidup untuk menjelajah dunia. Kelak,
kamu akan tua dan tidak punya lagi daya untuk bisa kemana-mana. Selagi
masih muda, kenapa tidak kamu memanfaatkan waktu sebaik mungkin untuk
memperluas sudut pandang?
Tantang dirimu untuk menjajal petualangan-petualangan baru. Naikilah
kereta Sri Tanjung dari Jogja ke Banyuwangi, kemudian menyeberang ke
Bali hingga lanjut ke NTT. Beranikan dirimu memesan tiket promo ke
Jepang, lalu jelajahi Kansai hingga titik ujungnya.
Menjajal melangkahkan kaki ke tempat-tempat baru akan memberimu
perspektif lain soal hidup. Membawa diri ke tempat-tempat asing perlu
kamu lakukan sebelum usia 30-an, sebab di usia inilah kamu belum
disibukkan oleh berbagai tanggung jawab yang memberatkan.
8. Jangan Takut Untuk Bertindak Berdasarkan Spontanitas
Mau beli aksesoris mobil yang harganya jutaan? Atau ikut open-trip ke Gunung Krakatau yang belum kamu kenal orang-orangnya? Ikutilah instingmu, serahkan diri pada spontanitas yang kamu rasakan.
Minimal sekali seumur hidup, sebelum masuk ke umur 30-an, kamu harus
pernah jadi orang yang spontan dan mampu bertindak tanpa pikir panjang.
9. Temukan Pekerjaan yang Bukan Hanya Menghidupi, Tapi Benar-Benar Membuatmu “Hidup”
Menjelang umur 30-an, harusnya kamu sudah selesai dengan masa-masa
“percobaan” tentang pekerjaan. Di usia 30 kelak, usahakan kamu sudah
merasa puas dengan apa yang kamu giati tiap harinya.
Bukan saatnya lagi kamu jadi kutu loncat yang bisa berpindah bidang pekerjaan sesuka hati.
Sebelum memasuki usia kepala 3, temukan tujuan utamamu bekerja, Jujur
saja pada diri sendiri. Kalau memang hanya uang yang ingin kamu capai,
carilah pekerjaan yang bisa membuatmu kaya. Sementara jika passion yang
ingin kamu kejar, tentukan juga bagaimana kamu akan melakoninya.
Sesuaikan pula dirimu dengan gaya hidup yang mampu pekerjaanmu berikan.
10. Sebelum Masuk Usia Kepala 3, Kamu Harus Bisa Berbahagia Dengan Apa yang Kamu Miliki
Sampai kapanpun, rumput tetangga akan selalu terlihat lebih hijau.
Apa yang tidak kamu jalani setiap hari akan tampak jauh lebih
menggiurkan di matamu. Pekerjaan temanmu akan kamu anggap lebih
menyenangkan, kehidupan cinta orang lain pun akan terlihat lebih manis.
Satu hal yang harus kamu ingat sebelum memasuki usia “matang” 30-an,
kamu perlu merasa cukup dengan apa yang kamu miliki. Syukurilah
pekerjaanmu yang kadang membosankan itu sebagai tempat untuk berkembang
dan belajar, pandanglah kehidupan cintamu yang penuh cobaan sebagai
proses pendewasaan.
Berbahagialah dengan apa yang kamu miliki saat ini, berhentilah
membandingkan pencapaianmu dengan pencapaian orang lain. Lagipula yang
sedang kamu jalani ini hidup ‘kan, bukan laga badminton yang harus
dimenangkan?
11. Jalinlah Hubungan Baik Dengan Saudara-Saudaramu
Semenyebalkan apapun kakak, adik, sepupu dan keluarga besarmu —
usahakan untuk terus menjaga hubungan baik dengan mereka. Biar
bagaimanapun, mereka adalah orang-orang yang berasal dari benih yang
sama denganmu.
Dan sepantasnya, hubungan yang diciptakan oleh darah tidak layak dipisahkan oleh apapun.
12. Kamu Perlu Mampu Menjaga Diri Sendiri
Semakin dewasa, kamu akan sadar bahwa tidak ada yang lebih bisa
diandalkan selain dirimu sendiri. Tidak selamanya orang-orang terkasih
bisa mendampingimu, bantuan juga belum tentu terus tersedia setiap saat.
Sebelum mencapai umur 30-an, dari sekarang kamu perlu belajar untuk
menjaga dirimu sendiri. Jaga kesehatanmu, sayangi diri dengan
mengkonsumsi makanan sehat dan berikan waktu untuk istirahat cukup.
Jika perlu, belajarlah ilmu pertahanan diri sederhana untuk
berjaga-jaga jika ada bahaya. Jika kamu telah mampu menjaga dan
menghargai dirimu sendiri, maka kemungkinan besar kamu akan lebih siap
untuk menjaga dan menghargai orang lain sebagai pasangan.
13. Tuntaskan Ganjalan Dalam Kehidupan Cintamu
Masih punya gebetan sepanjang masa? Atau justru kamu punya mantan
yang rasanya tidak mungkin dilupakan? Yuk, kita bikin janji bersama
bahwa ganjalan ini akan selesai sebelum usia 30 tahun!
Menyelesaikan masalah cinta yang masih menggantung itu setara dengan
menutup buku yang memang sudah seharusnya tamat dari dulu. Saat ganjalan
ini selesai, kamu akan lebih punya kekuatan untuk move on dan memulai
perjalanan cinta baru.
14. Ciptakan Hunian yang Sesuai Seleramu
Kini kamu sudah tinggal sendiri dan bebas mendekorasi rumah sesuai
selera? Atau masih tinggal bareng orang tua tapi kini sudah punya uang
lebih untuk membeli pernak-pernik yang “kamu banget”?
Inilah saatnya menciptakan ruang tinggal yang mewakili kepribadianmu.
Atur dan tata tempatmu paling banyak menghabiskan waktu setiap hari
sesuai seleramu sendiri. Ciptakan tempat kembali yang benar-benar nyaman
untuk kamu tinggali.
15. Keluarlah Dari Hubungan Cinta yang Tidak Membuatmu Berkembang

Beranikan diri untuk keluar dari hubungan yang salah via galleryhip.com
Tidak sedikit anak muda 20-an memilih bertahan di hubungan cinta yang
tidak membuat mereka bertumbuh, karena alasan sayang dan takut
sendirian. Hey, kamu mau selamanya tertahan di dalam sangkar yang
menahanmu terbang ke dunia luas?
Sebelum masuk usia 30-an, nilailah hubungan cinta yang sedang kamu
jalani secara objektif. Hargai dirimu sendiri, tinggalkanlah hubungan
yang memberatkan dan tidak membawa kebaikan bagi hidupmu. Yakinlah, di
luar sana banyak calon pasangan yang lebih baik tengah menunggu.
16. Pelajari Bahasa Asing yang Selama Ini Menggodamu
Kamu sering nonton film Korea dan gemas karena tidak paham apa yang
aktor-aktornya katakan? Inilah saat paling tepat untuk mempelajarinya.
Ambil kelas atau ikut kursus bahasa asing yang kamu rasa paling menarik.
Belajar bahasa asing bisa jadi pintu masuk bagi kesempatan-kesempatan
besar lain dalam hidup. Kamu bisa ikut program gratis ke luar negeri,
bisa menambah teman berbeda warga negara, bahkan tidak menutup
kemungkinan bisa dapat jodoh juga.
17. Jangan Ragu Membelanjakan Uang Untuk Memenuhi Keinginan Terbesarmu
Usia menjelang 30-an bisa jadi saat terakhir bagimu untuk bisa
“egois” dalam hidup. Saat belum ada orang yang hidupnya bergantung
padamu, kamu bisa melakukan apapun dengan hasil kerja keras yang kamu
dapatkan. Selama tidak merugikan orang lain ya, tentunya.
Ingin beli tas yang harganya jutaan? Selama masih mampu, lakukanlah.
Bahagiakan dirimu sendiri. Mau modifikasi motor yang biayanya setengah
gajimu? Kalau kamu yakin bisa hidup hemat setelahnya, ya lakukan saja.
Kamu pantas mendapatkan apa yang kamu inginkan. Kebebasan menjelang
usia 30-an sepatutnya kamu manfaatkan untuk melakukan hal ini.
18. Ubah Penampilanmu
Cobalah lakukan perubahan ekstrem dalam penampilanmu. Kalau biasanya
kamu berambut panjang terus, kenapa tidak mencoba sesekali potong
pendek?
Kemudian, rasakan tendangan percaya diri yang kamu dapatkan dari penampilan baru tersebut.
19. Perluas Zona Nyamanmu, Coba Tinggal Di Negara Lain Dalam Waktu Lama
Jangan hanya menantang diri untuk merasakan ganasnya adaptasi di
tempat baru. Tambahkan tantangan pada dirimu sendiri, naikkan tingkat
kesulitan yang mampu kamu hadapi dalam hidup.
Sebelum menetap dan menjajaki karir yang lebih mapan di usia 30-an,
cobalah untuk merasakan perjuangan hidup di negeri orang dalam waktu
yang lama. Kamu bisa ambil Work and Holiday Visa, jadi pejalan, atau
ikut program gratis yang banyak ditawarkan.
Dari pengalaman ini kamu akan belajar banyak hal soal kehidupan dan menghargai manusia lain. Kalau ingin tahu lebih banyak, Hipwee pernah menulis “Hal yang Akan Kamu Pelajari Setelah Lama Menetap Di Luar Negeri.”
20. Jatuh Cintalah, Banyak-Banyak, Bahkan Pada Orang yang Salah
Jatuh cintalah berulang kali sebelum usiamu memasuki angka 30.
Rasakan indahnya dunia saat kepalamu dipenuhi rasa cinta, nikmati
sensasi geli di perut setiap kali melihat dia yang kamu kagumi sepenuh
hati.
Inilah saatnya kamu perlu membuka diri seluas-luasnya demi mengajari
hatimu. Kenalkan ia pada manis dan pahitnya rasa yang bisa cinta
tawarkan. Buka matanya, bahwa ada 2 jenis orang di dunia ini: “Mereka
yang Tepat Dititipi Separuh Bagian Hati” dan “Mereka yang Layaknya
Ditinggal Pergi.”
Kemudian, biarkan hatimu menemukan orang yang paling tepat lewat caranya sendiri.
21. Menabunglah
Inilah saatnya kamu menyadari bahwa hidup tidak akan selamanya
baik-baik saja. Akan ada masanya kamu limbung secara finansial dan harus
punya pegangan. Sebelum masuk usia 30-an, pastikan dirimu sudah aman
secara finansial.
Sisihkan penghasilanmu. Masukkan ke rekening dana tak terduga yang
tidak boleh kamu utak-atik sampai masanya tiba. Ingin tahu cara menabung
dan membagi uang yang baik? Hipwee pernah menampilan tips dari orang terkaya di Asia yang bilang: “Kalau Ingin Kaya, Selalu Bagi Uangmu Jadi 5 Bagian!”
22. Mulai Pertimbangkan Untuk Berinvestasi
Di artikel ini, Hipwee
pernah menyarankan agar kamu segera berinvestasi sejak masih muda.
Investasi memang penting, agar uangmu tidak berhenti di rekening saja.
Lewat cara ini, danamu bisa terputar dan menghasilkan sesuatu yang
menguntungkan.
Demi keamanan finansialmu sendiri, tidak ada salahnya mulai
berinvestasi dari sekarang. Kamu tidak pernah tahu ‘kan apa yang akan
terjadi di masa depan?
23. Belajarlah Untuk Membuka Lini Usaha Sendiri
Sebagian besar orang tersukses di dunia bukan bekerja sebagai
karyawan, melainkan pengusaha yang membuka bisnis mereka sendiri. Kamu
gak mau gitu bisa seberhasil mereka?
Mumpung masih muda dan bertenaga, tidak ada salahnya mencoba untuk
mengembangkan usaha yang sesuai dengan kemampuanmu. Jika berhasil dan
sukses, maka kamu juga ‘kan yang bisa mendapat keuntungan?
24. Gagal-lah, Baru Kemudian Belajar untuk Bangkit
Masa sebelum memasuki usia 30-an itu ibarat injury time yang
harus kamu manfaatkan sebaik mungkin. Disinilah kamu punya kesempatan
untuk gagal sebanyak-banyaknya, sebelum kelak memegang tanggung jawab
yang lebih berat.
Cobalah membuka usaha sendiri, cicipilah kegagalan pahit dalam hidup
dan cinta — kemudian temukan kekuatan dalam diri yang bisa menarikmu
kembali bangkit. Inilah momen paling tepat bagimu untuk menjadi pribadi
yang konsisten dan persisten.
25. Biarkan Dirimu Merasakan Berbagai Intensitas Perasaan Secara Jujur
Stop membohongi diri dengan rasa baik-baik saja ketika yang kamu
rasakan justru sebaliknya. Biarkan dirimu terpapar perasaan sedih,
kecewa, marah dan berbagai jenis perasaan lainnya.
Jika kamu sedih, biarkan dirimu menerima kesedihan tersebut sampai ia
merasa cukup. Jika marah dan kecewa pada orang, kamu tidak perlu
mengatakan bahwa kamu tidak membencinya. Terimalah berbagai perasaan
yang datang padamu, nikmati, jangan bangun tembok penghalang yang
membuatmu mati rasa.
26. Menikahlah, Kalau Kamu Mau
Jika sudah merasa siap dan ada pasangan yang kamu rasa tepat, menikah
bisa jadi pilihan baik di usiamu yang menjelang 30-an ini. Usia 20-an
akhir sudah bisa dikategorikan siap secara emosi. Kamu dan pasangan akan
lebih mampu berdamai dengan masalah yang datang.
Namun ingat, jangan pernah menikah hanya karena cinta dan tuntutan
sosial. Pernikahan bukanlah pencapaian yang wajib kamu dapatkan dalam
hidup. Jika kamu merasa belum atau tidak ingin menikah, jangan bohongi
diri sendiri untuk melakukan hal sebaliknya.
27. Punya Anak, Juga Kalau Kamu Mau
Memiliki anak berarti melanjutkan estafet kehidupan ke generasi
berikutnya. Melahirkan dan membesarkan buah hati sendiri akan memberimu
banyak pelajaran hidup. Kamu akan kembali belajar untuk jadi sebaik-baik
manusia demi memberi contoh pada darah dagingmu.
Tapi sama seperti pernikahan, kegiatan prokreasi ini juga bukanlah
sebuah kewajiban. Kamu bisa memilih untuk menunda, langsung memiliki
anak, memiliki anak lewat proses adopsi, atau malah dengan sadar memilih
untuk tidak memasukkan makhluk kecil dalam hidupmu.
Apapun keputusan yang kamu pilih, dengarkan dan ikutilah kata hatimu yang terjujur.
28. Lakukan Sesuatu yang Membawa Kemanfaatan Bagi Orang Lain
Jadi relawan untuk mengajar anak jalanan, membantu korban bencana
alam, bahkan berbagi dengan tetangga atau saudara yang membutuhkan.
Bukankah sebaik-baik manusia adalah ia yang bermanfaat bagi manusia
lainnya?
29. Maafkan Dirimu Dan Kesalahan Orang-Orang Di Sekitarmu
Kamu hanya manusia biasa yang pasti punya kurang dan salah.
Berdamailah dengan kesalahan-kesalahan yang kamu lakukan di masa lalu.
Maafkan dirimu yang pernah jadi orang yang bebal dan bodoh.
Begitu pula pada kesalahan orang-orang di sekitarmu, ikhlaskanlah
rasa sakit dan lubang yang mereka ciptakan padamu. Lepaskan dirimu dari
beban sakit hati dan dendam.
30. Tetap Milikilah Semangat Untuk Tumbuh Jadi Manusia yang Lebih Baik
Selama masih punya waktu untuk hidup di dunia, berarti kamu masih
diberi kesempatan untuk tumbuh sebagai manusia yang lebih baik.
Manfaatkan kesempatan ini untuk benar-benar mengembangkan diri sekuat
yang kamu mampu.
Ambil kelas yang bisa mengembangkan kemampuanmu, berikan waktu dan
hatimu bagi orang-orang yang kamu kasihi, bagi yang kamu miliki dengan
orang-orang yang membutuhkan. Niscaya hidupmu akan menjadi lebih
bermakna.
31. Ketahuilah, Proses Menuju 30 Tahun Adalah Saat Paling Tepat Untuk Merayakan Kehidupan
Bertambahnya umur berarti bertambah pula pengalaman dan
kebijaksanaanmu dalam memandang kehidupan. Kamu masih punya banyak waktu
untuk mengangkat gelas sampanye hidupmu, mengisinya banyak-banyak, dan
bersulang untuk kehidupan yang menyenangkan ini.
Selamat berproses ke pintu 30 tahun, semoga hanya kebaikan yang meliputi hidupmu!
Jika dimanfaatkan dengan baik, media sosial (medsos)
bisa jadi sangat berguna. Sebagai penopang bisnis, medsos memberikan
kemudahan bagi penjual jasa atau barang untuk berkomunikasi langsung
dengan target audiens. Dalam konteks yang lebih kasual, media sosial
dapat dilihat sebagai jalur komunikasi yang mudah, cepat, dan fun.
Namun jika kamu nggak berhati-hati, medsos juga bisa menghancurkan
bisnismu atau merusak hubungan personalmu. Dan memperhatikan fenomena cyber-bullying saat ini, bahkan orang-orang yang nggak saling kenal pun bisa saling melukai lewat medsos.
Pernahkah alasan-alasan di atas membuatmu berpikir untuk rehat
sejenak dari media sosial? Jika kamu butuh untuk lebih diyakinkan, Hipwee bisa memberimu beberapa alasan tambahan:
1. Tanpa Terasa, Waktumu Banyak Terbuang
Twitter, Path, Facebook dan Instagram merupakan media sosial yang
sangat mudah digunakan. Mereka bisa hadir di layar komputermu dan selalu
muncul di layar ponselmu. Kepraktisan ini bikin kamu mudah sekali
tergoda untuk menghabiskan waktu dengan aplikasi-aplikasi itu.
Mungkin niatmu hanya sekedar berbagi cerita dan mendapatkan
informasi. Kamu juga menakar bahwa waktumu yang terbuang untuk tiap
sesimu di Facebook hanya 3-5 menit. Tapi kalau dalam sehari kamu punya
8-10 sesi, waktumu yang terbuang sudah hampir 1 jam sendiri. Itu baru
Facebook — belum lagi Twitter, Path, dan sahabat-sahabatnya yang lain!
2. Makin Lama, Apa yang Kamu Baca di Medsos Makin Nyebelin
Inget nggak betapa cintanya kita sama Facebook waktu situs ini
pertama kali muncul? Nggak lama berselang, hadir pula Twitter. Tapi
namanya juga euforia, kecintaan itu nggak berlangsung selamanya.
Sekarang kita lebih sering dibikin sebel daripada senang oleh mereka.
Mulai dari iklan, sponsored post, status gak penting, apa yang
mereka makan, dan segala drama pacaran — ada banyak hal di ruang publik
internet yang sebenarnya nggak pengen kita tahu, tapi lalu terpaksa
tahu.
Jika kamu merasa terganggu oleh teman-temanmu, percuma juga
mengingatkan mereka. Adanya hubungan kalian rusak di dunia nyata.
Mending cabut aja dari medsos!
3. Medsos Bikin Kamu Insecure Tanpa Alasan Jelas
Pernah gak menyadari bahwa media sosial bisa menurunkan kepercayaan
dirimu? Kamu jadi punya reflek untuk membandingkan kehidupanmu di dunia
nyata dengan hidup temanmu di dunia maya.
Menyaksikan pembaharuan status temanmu yang gak henti-hentinya
tentang sarapan enak di hotel X, pelayanan oke dari pesawst Y, atau
diskon asyik di Singapur… Jika kamu terus-terusan dipaksa melihat
betapa fabulous-nya kehidupan temanmu, bahkan kamu yang aslinya nggak insecure bisa jadi minder.
4. Belum Lagi, Masalah Privasi
Sebagai manusia, udah sepatutnya kamu menghargai privasi diri maupun
orang lain. Namun ketika memasuki ranah media sosial, pembatas antara
materi publik dengan materi pribadi seolah terhapus. Kamu nggak bisa
mengontrol privasimu di media sosial.
Lihat aja kasus Florence Sihombing. Aksinya mencak-mencak di Path
memang tindakan yang gak terpuji, tapi apakah terpuji jika kita
membeberkan alamat kosnya? Menyebarkan omor plat kendaraannya?
Mengolok-olok fotonya menjadi meme? Jika merasa privasimu
diganggu (atau malah kamu melanggar privasi orang lain), ada baiknya
kamu berhenti dulu main di media sosial.
5. Hubungan Yang Terjalin Disitu Semu
Apakah kamu benar-benar berteman dengan ‘teman-teman’ Facebook-mu?
Benarkah pembaharuan status dan ‘selfie’ yang tiada henti membuat kamu
dan mereka menjadi lebih dekat?
Di media sosial, konten dan materi apapun yang ingin di-share itu
bisa dipilah, dibuang, dan disunting. Jadi, apa yang kamu lihat di akun
temanmu bisa saja nggak mewakili semua hal yang sesungguhnya terjadi
pada temanmu. Sebaliknya, apa yang mereka dapatkan dari akun media
sosialmu tidak serta merta menggambarkan keadaanmu sebenarnya. Jadi,
pertemanan yang kalian lakukan sebenarnya hanyalah pertemanan semu.
6. Hubunganmu Yang Nyata Bisa Terbengkalai
Ini merupakan imbas langsung jika kamu terlena dengan pertemanan semu
tadi. Emang benar, media sosial bisa mendekatkan kamu dengan teman nan
jauh di sana. Namun, media sosial juga bisa bikin kamu lupa dengan lupa
pertemanan yang ada di sekitarmu. Mendekatkan yang jauh, menjauhkan yang
dekat.
Udah berapa sering kamu mengabaikan keluarga, yang sebenarnya lagi bareng kamu, karena kamu lagi asik update status?
Berapa banyak teman kamu yang gigit jari karena kamu cuma mantengin
layar ponsel pas lagi nongkrong? Kamu harusnya bisa selalu lebih
menghargai dan meluangkan waktu buat mereka yang beneran hidup dan
bernapas di sampingmu.
7. Drama, Drama, Drama
Di media sosial, selalu ada kemungkinan pendapatmu disalahartikan
oleh pengguna media sosial lain. Kamu pun juga bisa menyalahartikan
pendapat pengguna lain. Hal yang seperti ini bisa berujung saling
tuding, ejek-mengejek dan bermusuhan. Pokoknya drama, deh, tapi drama
yang kekanak-kanakan. Pastikan kamu gak tersedot ke dalam lingkaran
drama ini!
8. Produktivasmu Menurun
Ini bakal terjadi jika kamu curi-curi kesempatan buat ngecek media sosial di tempat kerja. Memang, break bentar bikin otak kamu segar lagi buat kerja, namun jangan juga buang kesempatan istirahat hanya buat check-in “Lagi di kantor nih…” — apalagi kalau 2 jam kemudian kamu berkicau “Suasana kantor lagi gak asik!” atau “Bos pelit!!! KZL.”
Selain gak ada yang peduli, keluhan kamu di tempat kerja juga minin
faedahnya. Produktivitas kamu menurun, karir kamu terancam lenyap.
9. One-Dimentional Thinking
Ketika media sosial udah merasuki pikiranmu, gak jarang kamu
menjadikannya tolok ukur dari apa yang penting atau apa yang benar-benar
terjadi. Misalnya, kamu jadi percaya pada hoax hanya karena
ratusan ribu orang me-retweet-nya. Kamu pun akan puas sekedar
‘mencintai” sebuah foto di Path atau Instagram, tanpa berusaha untuk
mengetahui makna dibaliknya. Ketika Like, Views, dan emoticon jadi standar benar-salah atau hitam-putih, maka kamu akan riskan melupakan bahwa selalu ada area abu-abu.
10. Kamu Akan Merasa Hampa Ketika Gak Ada Akses Internet
Kamu merasa mati gaya ketika kuota internet udah mencapai limit,
atau ketika tidak ada WiFi disekelilingmu. Jika ini yang kamu rasakan
berarti penggunaaan media sosialmu udah mencapai level kecanduan.
Ketagihan ini terjadi karena kamu gak tahu apa lagi yang harus diperbuat
selain berkicau di Twitter atau scrolling foto-foto di Instagram. Kalau sudah begini sih, memang sebaiknya kamu cabut dulu dari media sosial!
Seperti yang diungkapkan di awal artikel, gak selamanya media sosial
selalu berdampak buruk. Dengan dosis yang tepat dan penggunaan yang
cerdas, kamu bisa memanfaatkan media sosial sebagai jendela ilmu.
Masalah datang tatkala kamu menghabiskan lebih banyak waktu dan tenaga di media sosial daripada kehidupan sosial.
Masalah datang ketika poin-poin di atas tadi sebenarnya menyentilmu.
Kalau memang masalah itu datang, kamu tahu ‘kan apa yang seharusnya kamu
lakukan?
Masa remaja adalah masa meraba renjana. Makanya, memilih jurusan di
perguruan tinggi bisa jadi hal yang paling dilematis untukmu yang baru
lulus SMA. Ada siswa yang sudah punya gambaran ketika akan menentukan
jurusan, ada yang menyerahkan pilihan pada orang tua, ada pula yang
masih bimbang kemana mau melanjutkan studi. Memilih jurusan kuliah itu
memang bukan hal mudah; ini keputusan besar yang bisa mengubah hidupmu.
Lalu, apa yang harus kamu lakukan jika sudah mengambil suatu program
studi, dan di tengah jalan merasa tidak cocok dengan apa yang kamu
pelajari? Haruskah memulai dari awal dengan jurusan yang baru,
atau terus melangkah meski setengah hati?
1. Masa kuliah adalah tempat kamu menemukan jati dirimu yang sebenarnya.
Kuliah adalah masanya kita berinteraksi dengan dunia luar yang lebih
luas dan beragam. Kamu akan dihadapkan pada lebih banyak pilihan
dibandingkan dengan masa SMA. Kamu akan menemukan hal-hal baru yang
memperluas wawasan kamu. Di sanalah kita belajar mengenal diri kita yang
sebenarnya: apa yang sebenarnya kita cari dalam hidup ini.
Tapi, sebagian dari kita menemukan bahwa ternyata renjana kita gak
sejalan sama jurusan yang kita tekuni. Buat kamu yang udah sampai di
titik ini, mungkin kamu merasa menyesal dengan pilihan studi yang udah
kamu ambil setelah lulus SMA. Selamat! Kamu udah resmi salah jurusan.
2. Salah jurusan gak harus disesali.
Siapapun pasti pernah mengambil keputusan yang kurang tepat dalam
hidupnya. Jadi, kalo kamu merasa salah jurusan saat ini, gak usah
menyesal. Lebih baik perhatikan apa yang bisa kamu perbuat sekarang.
Ambil hikmah dari situasi ini; pandanglah kesadaran bahwa kamu salah
jurusan sebagai sebuah anugerah. Kamu udah bisa meraba siapa dirimu
sebenarnya dan apa yang kamu inginkan dengan hidupmu, jadi bersyukurlah.
Banyak lho orang-orang yang gak bisa mendapatkan kesadaran yang serupa.
Karena tetap buta akan apa yang sebenarnya mereka mau, akhirnya apa aja
yang ada di hadapan mereka akan mereka kejar.
3. Lalu, pindah jurusan atau tetap bertahan?
Oke, kamu udah salah milih jurusan. Tapi, itu artinya kini kamu punya
dua pilihan baru: pindah jurusan atau tetap bertahan di prodimu yang
sekarang. Lantas, kamu mesti gimana? Untuk menjawab mana yang bakal
dipilih, kamu perlu mempertimbangkan beberapa hal. Antara lain lamanya
kuliah, biaya yang sudah kamu keluarkan, dan seberapa cepat kamu bisa
menyerap ilmu.
4. Sayang gak sih, kalo pindah jurusan sekarang?
Lamanya masa studi yang udah kamu tempuh bisa jadi bahan pertimbangan
dalam memutuskan untuk pindah jurusan atau enggak. Kalo kamu masih
berada di semester-semester awal, gak ada salahnya buat berkonsultasi
dengan orang tuamu tentang keinginanmu pindah jurusan. Yang namanya passion itu memang harus dikejar sedini mungkin. Kalo memang dibolehkan, kamu bisa mencoba ikut ujian masuk ke fakultas impianmu.
Tapi kalo kamu udah berada di semester akhir, kamu juga perlu
mempertimbangkan buat menyelesaikannya lho. Apalagi kalo kamu tinggal
menuntaskan skripsi untuk mendapat gelar sarjana. Mengingat waktu,
tenaga, dan biaya yang udah kamu keluarkan, sayang banget kalo studimu
gak diselesaikan cuma gara-gara kamu galau, padahal kamu mampu.
5. Ingatlah pencapaian yang udah kamu gapai selama bertahun-tahun kuliah.
Meskipun prodi yang kamu tekuni bukan panggilan jiwamu, bukan berarti
kamu gak mampu, ‘kan? Nyatanya banyak kok mahasiswa yang salah jurusan
tapi bisa lulus dengan IPK di atas tiga, meski bukan lulusan terbaik.
Kalo memang udah tanggung, selesaikan aja apa tugasmu dan bikin orang
tuamu bangga.
Ingat juga semua teman baikmu satu prodi yang selama ini
bareng-bareng sama kamu, serta semua pengalaman yang kamu dapatkan dari
mereka. Kamu berkembang sampai kayak gini juga mungkin karena andil
mereka dalam hidupmu. Meski salah jurusan, gak ada salahnya lulus
bareng-bareng sama mereka.
6. Waktu gak akan menunggumu.

Teman-temanmu udah jadi sarjana, masa kamu mau jadi maba lagi?
Udah berapa lama kamu kuliah? 3, 4 tahun? Memutuskan buat pindah
jurusan setelah bertahun-tahun menempuh studi tentu sah-sah aja. Tapi,
waktu yang udah kamu investasikan buat kuliah juga gak bisa ditarik
kembali.
Coba kita simulasikan. Anggap saja usiamu saat ini 22 tahun dan udah
menempuh studi selama 8 semester — tinggal selesaiin skripsi doang nih.
Lalu, kamu memutuskan buat pindah jurusan dan memulai semua dari awal.
Artinya, kamu perlu waktu setidaknya 4 tahun lagi untuk menempuh studi
di jurusan yang kamu inginkan. Berarti, paling cepat kamu lulus usia 26.
Itupun kalo tepat waktu.
Semakin berumur dirimu, semakin sulit kamu mendapatkan pekerjaan yang
kamu impikan kalo gak punya pengalaman. Daripada kamu mengulang dari
awal, lebih baik kamu belajar mandiri sambil mencari pengalaman yang
sesuai dengan renjanamu.
7. Ijazah hanya bisa didapat lewat kuliah, tapi ilmu bisa didapat dengan berbagai cara.
Ingat artikel tentang perusahaan Google yang gak butuh ijazah?
Nah, kamu masih punya kesempatan yang lebar untuk menggapai pekerjaan
impianmu meski latar pendidikanmu gak sejalan. Kecuali profesi yang kamu
inginkan itu butuh keahlian yang spesifik–seperti dokter, insinyur,
ahli ekonomi, ahli bahasa, atau pengacara–kamu bisa kok mempelajari
ilmunya secara mandiri atau otodidak.
Jadi, sembari berusaha merampungkan studimu dengan sebaik mungkin, kamu bisa memanfaatkan waktu luangmu buat mengasah skill yang penting buat menggapai renjanamu nanti. Kalo pengen belajar lewat internet, kamu bisa intip artikel ini.
8. Lalu, jika kamu masih di semester awal dan ingin pindah, apa kamu sudah mantap?
Sebelum kamu memutuskan kamu merasa gak cocok di prodimu yang
sekarang dan pengen pindah jurusan, coba ditelaah lagi deh. Apakah
jurusan yang kamu tuju memang sejalan dengan passionmu, atau kamu
sebenarnya hanya gak betah dengan jurusan yang sekarang? Ingat, biaya
masuk kuliah itu gak murah. Kalo memang ingin pindah, pastikan kamu
mantap dengan pilihanmu.
9. Kuliah di jurusan apa pun, kamu tetap akan merasakan titik jenuh.
Kalau kamu merasa jenuh dengan kuliahmu yang salah jurusan, apa
dikira kamu gak bakal jenuh jika mengambil jurusan yang sesuai
renjanamu? Belum tentu. Mau kamu kuliah di mana pun, rasa jenuh akan
rutinitas tetap akan menghinggapimu.
Begitu pula saat kamu bekerja sesuai passion-mu. Rasa jenuh
tetap akan menghinggapimu jika kamu terus dihadapkan dengan rutinitas.
Bedanya, kamu jauh lebih ikhlas untuk tenggelam dalam rutinitas jika
pekerjaanmu adalah renjanamu.
10. Salah jurusan bukan alasan buat malas kuliah.
Terjebak di jurusan yang gak sesuai dengan renjanamu memang kurang
menyenangkan. Tapi, itu bukan alasan buat malas kuliah lho, terutama
buat kamu yang sudah menempuh tahun ketiga dan keempat. Anggap saja
lulus dari sana adalah tantangan yang mesti kamu hadapi untuk menjadi
dewasa yang seutuhnya.
Ingat, saat kamu benar-benar dewasa nanti, terkadang kamu harus
melakukan hal-hal yang gak ingin kamu lakukan; ini adalah realitas hidup
yang gak bisa kamu sangkal. Jadi, alih-alih mengeluh dan jadi
ogah-ogahan, lebih baik kamu menjawab tantangan yang sudah diberikan
Tuhan untuk menaikkan levelmu.
Salah jurusan bukan berarti akhir dari segalanya, kamu tetap bisa
menggapai cita-citamu dan menjadi dirimu sendiri kok. Tetaplah bertahan,
hadapi tantangan yang ada, dan jalani semua dengan kerelaan. Dengan
begitu kamu akan menjadi manusia dewasa yang sebenarnya.